Janda Traveller - Persiapan Umroh Part #2


Foto di teras Mesjid Nabawi

Memang sudah lama sekali saya merencanakan pergi umroh bersama suami. Kami perlahan mulai menabung untuk umroh, tabungan baru jalan di bulan kedua dan di bulan ke tujuh  pernikahan kami, ya saat itu masih terhitung pengantin baru (tobat dapat suami guru ngaji) 
eh.. suami saya mendapatkan undangan dari Allah SWT untuk segera pulang menghadap padaNya. Jadilah saya james (janda gemes) kan dan travelmate saya Auda Jones (jomblo ngenes) saja yang berangkat.

Kami mulai melenceng, diam-diam kami mempelajari beberapa negara tetangga Arab Saudi yang murah dan pas dengan kantong kami. Dubai, Mesir dan Turki menjadi target kami (padahal tu yek gue gak tau kondisi budget gue cukup apa kagak) semakin kesini, nafsu kami semakin liar (seliar kamu saat ngejar-ngejar aku di tempat sa’i-ntar gue cerita’in gimana tuh cowok Riyadh tiba-tiba tergila-gila ama gue #ttssaahh kibas-kibas jilbab).

Bukannya belajar tentang umroh eh kami malah berubah haluan fokus ke negara yang kami kunjungi. Kami aktif berkomunikasi setiap hari, bahkan setiap jam Auda memberikan update info alternatif negara yang akan kami kunjungi. Sadar atau tidak ujian kami bermula dari sini. (komunikasi kami ngalah-ngalahin orang yang baru pacaran, beneran!) yang banyak berperan dalam perjalanan ini sebenarnya Auda, karena dia emang hobi sekali berselancar di dunia maya, sedangkan saya orang yang sangat mudah bosan (tapi dalam hubungan nggak kok, sumpah Bang!)

Beberapa hari kemudian kami memantapkan keputusan bahwa negara yang diambil adalah Turki-Indonesia. Dua hari kemudian Turki-Perancis-Jerman-Thailand-Indonesia. (klenger gue baca semua artikel tentang negara schengen, waktu itu berhambur tiket promo 300ribuan dari Istanbul ke Paris). Fix pertengahan Desember 2016 kita issued tiket Turki-Thailand-Singapore-Malaysia-Indonesia. (faktor budget ke Europe ibarat kamu Bang, gak tau kapan ngelamar aku, eh!) Tiket dari dan kembali ke Indonesia sudah issued. Kita (only Auda) mempelajari lagi negara-negara tujuan. (gue? Tidur!)

lanjut ke tahap selanjutnya,

1.   Persiapan
Sama seperti bepergian ke negara manapun (gaya padahal ini yang pertama kali)  hal yang paling utama harus disiapkan adalah paspor, saya sudah bikin paspor 3,5 tahun yang lalu (sampai awal maret kemaren bersih nggak ada stempel imigrasi sama sekali) visa Turki dan tiket pesawat juga jangan lupa pembekalan ilmu untuk melaksanakan ibadah umroh. Untuk paket umrohnya sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya.


Hari keberangkatan semakin dekat, Auda mendapat ujian neneknya di Balikpapan meninggal dunia, Auda dan keluarga berangkat ke Balikpapan hari itu juga menggunakan pesawat, mereka panik karena sebelumnya nenek tidak sakit sama sekali. Uang perjalanan Auda dan terpakai banyak. Otomatis budget perjalanan berkurang.


Saya? Di H-3 uang tiba-tiba habis total, tidak bersisa 1000 perak pun. Saya panik luar biasa saat itu. Sebenarnya dana kita untuk umroh itu sangat cukup, namun karena keserakahan yang membuat saya seperti mendorong tubuh saya untuk masuk ke dalam lubang buaya membuat budget perjalanan ini membengkak 2x lipat.

Selama bulan Desember 2016-Januari 2017 pengeluaran saya membengkak (ngalah-ngalahin tubuh gue) kucuran dana-dana yang saya rencanakan jauh-jauh hari ternyata banyak yang meleset dan tidak sesuai target. Jadilah malam itu saya mengalami depresi.  (harap bersabar ini ujian! sumpah nggak ada uang sama sekali buat berangkat)

Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan perjalanan ini. (bodo amat duit hangus! BATAL..BATAL..BATAL!!!)

Travelmate saya panik karena saya semena-mena membatalkan perjalanan yang sudah direncanakan sejak Agustus 2016 ini. Saya berpikir daripada harus rempong cari hutangan lebih baik ya sudahlah. Memang belum waktunya (gumam gue sambil jungkir-jungkir kaya tringgiling kekenyangan, etapi beneran nangis habis-habisan)

Disaat otak seperti mau meleleh saat dihadapkan sebuah masalah, saya memejamkan mata, dan memegang the holy of Quran memohon kepada Allah, saya pun pasrah saat membuka ayat ini :

نِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ

وَإِن تَوَلَّوْا۟ فَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَوْلَىٰكُمْ ۚ نِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ

“Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. ” [Al Anfaal 40]

saya baca berulang-ulang hingga benar-benar meresap ke dalam jantung sanubari dan ayat ini seperti air yang menetes di tengah kegersangan. 

Benar saja, keesokan harinya saya mendapat bantuan dari beberapa saudara, masya allah.. allahu akbar.. pertolongan Allah saat itu begitu nyata bagi saya, saya benar-benar seperti mendapat mukjizat yang begitu besar, masalah budget saya dan Auda selesai, seperti hanya membalikkan telapak tangan. Allahu Akbar!

2.   Itinerary
Itinerary atau jadwal dan rute perjalanan bukan patokan yang baku bagi saya, tapi bagi temen saya Auda itinerary seperti kelelepon yang harus dibalur kelapa. Doi ngerjain itinerary berbulan-bulan tsay. Setiap selesai satu kota dia email ke saya dan saya kadang mengoreksi tulisan (nggak penting) dan sekali-kali saja untuk membaca. Jadi untuk itinerary murni teman saya yang membuat, saya? Nguap-nguap doang saat dibacain.

Menurut saya itin lebih ke gambaran kira-kira tempat mana saja sih yang mau saya datangi, pada kenyataannya lebih banyak go show atau perbanyaklah tanya dengan warga sekitar.  Untuk itin Turki saya tidak hafal sama sekali, jadi saat di lokasi fleksibel.

Untuk penginapan, saya dibantu travelmate saya untuk booking (emang dia doang yang kerja) memilih untuk menginap di Hostel The Wooden House daerah Sultanahmet. Hostel ini (suram) akan saya ceritakan di artikel berikutnya.

3.   Packing
Nah yang satu ini memang gampang-gampang susah.  Memilah barang  yang mana saja yang harus dibawa memang bikin mumet, apalagi saya membatasinya maksimal hanya membawa 3 lembar baju gamis saja serta tetek bengeknya untuk perjalanan selama satu bulan. Tapi disitulah seninya backpacking.


Foto ilustrasi

Kira kira inilah barang yang saya bawa : 
- timbangan digital (wajib) karena alat ini untuk mengontrol seberapa banyak kita harus belanja, kan rempong tuh kalau bayar over bagasi melebihi harga oleh-oleh.
- beberapa pasang pakaian, jaket musim dingin (nggak kepake, rugi banget berat-berat bawa),
-  p3k, alat mandi, alat make up
- mie instan 25 bungkus, beras 4kg dibagi 2 dengan Auda, alat-alat masak seperti mini rice cooker, snack selama di perjalanan, sumpah makanan ini menghabiskan 80% bagage container kami. Kami mengorbankan perut kami untuk tidak beli makan di luar. (turis kere)
-  gadget dan kamera + tripod (tapi gue gak punya semua alat elektronik itu, gue pasrahkan ke Auda) and DONE! the journey beginnn... Untuk keberangkatan umroh di next article yess..

Salam James.. hu! ha!





#BigBuddy
  

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.