Cintaku Jatuh di Kashmir (Part.II)

Pandanganku menyeluruh, tapi tak beruang lingkup. Semilir angin perlahan mulai menusuk tulang sendi, matahari menelan ludah bersama pegunungan Himalaya, tak mampu menghangatkan suasana, setiap tarikan dan hembusan selalu diiringi dengan berdirinya bulu roma.
Kashmir memang sangat berbeda, dikelilingi perbatasan Pakistan, Cina, dan India membuatnya menjadi pecahan surga yang sengaja ditinggalkan Tuhan untuk umatnya, believe me, this is heaven on the earth dude!!
Saking berasa surganya.. tak ada kepalsuan yang nampak disini, yang berlaku adalah kejujuran, ini menurutku, kalau kalian tidak merasa demikian ya aku bisa berkata apa, toh yang berlaku tetap kehendak Tuhan..heuheu.. perlahan anggota kami mulai terlihat karakter aslinya, mulai buka-bukaan, aku yang sejak awal sangat membuka diri, akhirnya semakin menelanjangkan diri di sini, duh!
Masih ingat dengan “Mawar?”, seorang wanita petakilan yang juga baru ku kenal, adalah Kak Diana.. seorang dokter yang tak lagi muda, kalau tidak salah sudah dilengkapi putra-putri yang semoga saja tidak mirip dengannya, haha.


Pertama kali kami bertemu saat di Indira Gandhi International Airport, ia memandangku dengan penuh belas kasih saat aku duduk di sudut bandara. Tatapannya seolah aku menjadi wanita termalang yang pernah ia temui, matanya yang sipit menegaskan dirinya bahwa ia adalah keturunan Tionghoa.
Delhi-Agra-Jaipur-Fatehpur Sikri telah kami tempuh bersama namun masih tidak tersambung kisah, hanya sapaan formalitas seperti jogetnya Prabowo saat debat capres-cawapres kemaren. ~ugetuget
Sayangnya.. karena keterbatasan waktu, aku jadi tidak bisa menceritakan secara detail bagaimana karakter Akak yang satu ini.
This is the another story..
Kau tahu betapa canggungnya anak Adam jika baru kenal? Kaku kek besi karatan.. nah disini doi pencairnya, cuma kadang.. kalau kumat, semacam kelebihan cair-an dia ndak berhenti kejang-kejang. Ekekekk..

Kak Diana ini kalau ngomong agak kek bawang bombay India, tahu kan?
Gress gress nyelekit di kerongkongan. Sudahnya kalau ndak cocok dengan dia.. langsung di semprot mangsanya itu.
Kalau urusan lelaki.. mamaita.. sering bikin malu, ganteng dikit, cekrek! Lihat yang brewokan dikit, cekrek! Lihat yang sandarable dikit, cekrek! Uma uma.. kayak aku!! Heuheu
Saat di jalan dia kadang jadi pendiam, mungkin karena Englishnya 11 12 lah sama aku, haha
Saat di Gulmarg aku melihat Javed, temannya Billa nganggur, daripada dia diem diem baee mending aku ajak omong, gak mau kalah dong ama Kak Diana yang sudah selfie dengan puluhan lelaki Kashmir, kuajaklah Javed selfie, belum selesai aku selfie, Kak Diana udah merampas posisiku, udah main serobot kan pengen juga selfie, terus ndak tahu diri si Auda pun ikut-ikutan.. gak mau kalah lagi ogut gandenglah kan lelaki ini, gak mau kalah lagi ditarik lagi ama Kak Diana.. lelaki polos ini pun sampai merah pipi dibuatnya, ndak paham sudah laku kami sebagai wanita disini.
Oiya, saat di perjalanan menuju houseboat, Ayub tak lupa belikan Kultsum dan Nain (anak-anaknya) buah, dan mobil van kami berhenti di salah satu pedagang buah pinggir jalan, aku duduk di bangku paling belakang. Saat stop.. sreett!! Suara kaca bergeser, ku tengok ke depan, ternyata kepala Kak Diana sudah tak berada pada tempatnya, ku keker pula kepalanya mengarah kemana dan ternyata masya allah.. wanita paruh baya ini berulang kali memoto pedagang buahnya.. kek lupa daratan.. gimana ndak, wong ini lebih manis dari Reza Rahardian, lebih tampan dari Adipati Dolken, dan tetiba wajahku pun ikut tertempel sepenuhnya di jendela mobil, auto nganga.. namun sungguh, sedikit pun lelaki ini tak melirik, cuk!

Dan setelah perjalanan ini berakhir barulah kami terhubung secara suka dan duka, bagaimana ia menjadi single parent yang cetar membahana anti kudis dan kurap.. heuheu.. kudengar kisah-kisah lucu anaknya, dan Aku pun iri melihat wujud cintanya pada ayahnya yang sedang di pembaringan.
Saat ia tertidur dalam pesawat menuju Kashmir, ku pandang wajahnya dalam, ia seperti berkata, “Bid, aku tak pernah beriman kepada mimpi, namun hidupku dan anak-anakku telah kupadatkan dengan impian.” Aku terhenyak, ku lemparkan pandanganku ke jendela pesawat.

Ranting pohon yang telah lama hibernasi perlahan bangun di taman Mughal, ia sembulkan tunas dedaunan ke sekujur tubuhnya, bunga-bunga tulip masih malu menampakkan diri, musim dingin di Kashmir segera berakhir, dan sayangku padanya telah terukir.

To be continue..

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.