HIKAYAT SA-IJAAN DAN IKAN TODAK


CERITA RAKYAT KABUPATEN KOTABARU

Standar
Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
HIKAYAT SA-IJAAN DAN IKAN TODAK
Cerita Rakyat Kabupaten Kotabaru
Kalimantan Selatan
M. Sulaiman Najam
M. Syukri Munas
Eko Suryadi WS.
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
Kalimantan Selatan: Pemerintah Kabupaten Kotabaru
bekerja sama dengan
Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kotabaru
82 halaman, 14 x 21 cm
ISBN: 979175624-4
Editor: Y.S. Agus Suseno
Desain isi & cover: Hery S.
Sampul & ilustrasi: M. Syahriel M. Noor
Cetakan Pertama: Agustus 2008
Diterbitkan oleh:
Pemerintah Kabupaten Kotabaru
bekerja sama dengan
Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kotabaru
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
Pengantar Penerbit
Pelestarian sastra daerah penting, sebab merupakan warisan budaya nenek moyang yang tinggi nilainya. Upaya pelestarian itu bukan hanya akan memperluas wawasan terhadap sastra dan budaya daerah, tapi juga memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Upaya itu dapat menjadi dialog antarbudaya antardaerah, salah satu unsur penting dalam mewujudkan wawasan keindonesiaan.
Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari, oleh, hidup dan berkembang, di masyarakat. Ada dua jenis cerita rakyat: berbentuk puisi dan prosa. Cerita rakyat berbentuk prosa terdiri dari mitos, dongeng dan legenda.
Buku ini berisi cerita rakyat dari daerah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Disajikan dengan bahasa sederhana, karena memang untuk bacaan anak-anak, remaja, guru dan orangtua.
Buku ini diterbitkan untuk mengisi ketiadaan bahan pelajaran muatan lokal. Sebelum ini, tidak ada buku cerita rakyat yang berasal dari daerah Kabupaten Kotabaru. Tidak heran jika guru-guru di tingkat pendidikan dasar dan menengah di Bumi Sa-ijaan mengalami kesulitan ketika menyampaikan mata pelajaran muatan lokal. Karena tidak ada bahan, langkah yang ditempuh para pendidik biasanya adalah dengan menjadikan cerita rakyat dari daerah lain sebagai bahan ajar. Hal ironis pun terjadi: anak didik lebih mengenal cerita rakyat dari daerah lain daripada yang berasal dari daerahnya sendiri.
Sebagai langkah awal, buku ini dapat menjadi salah satu pilihan bahan ajar untuk mata pelajaran muatan lokal. Agar anak didik kita tidak terasing dari khazanah budaya daerahnya sendiri. Seperti kata pepatah Melayu lama, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
Terima kasih kepada penyusun yang telah menghimpun cerita rakyat ini, juga berbagai pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu. Secara khusus, juga terima kasih kepada narasumber utama cerita  Hilangnya Kota Sebelimbingan, Hj. Sumirah.
Sekapur Sirih
Penyusun memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah merampungkan sembilan cerita rakyat daerah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Cerita rakyat ini, dengan beragam versi, pernah hidup, berkembang dan dipelihara masyarakat pendukungnya, diturunkan dari generasi ke generasi, dari mulut ke mulut. Upaya membukukan cerita rakyat ini dimaksudkan agar generasi muda mengenali khazanah budaya daerahnya sendiri.
Kotabaru adalah kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Kalimantan Selatan, terdiri dari 109 pulau besar-kecil (79 pulau belum berpenghuni). Kalau ditarik garis melintang, posisinya persis berada di tengah wilayah Nusantara. Dihuni beragam suku bangsa, dengan sendirinya banyak cerita rakyat, mitos, dongeng dan legenda yang hidup di masyarakat. Ironisnya, selama ini belum ada yang menggali dan membukukannya.
Melalui buku ini, diharapkan warga negara Indonesia lainnya di Nusantara, sekurangnya di provinsi Kalimantan Selatan, mengenal dan mengetahui cerita rakyat  dari Kabupaten Kotabaru. Barangkali ada beberapa kemiripan dengan cerita rakyat di daerah lain. Hal itu menunjukkan, dalam kebhinekaan kita, di manapun kita berada, selalu ada benang merah yang menghubungkannya.
Sudah barang tentu ada pihak-pihak yang kurang sependapat dengan versi yang kami susun. Andaikan demikian, dipersilakan bagi pihak lain untuk menggali,   menyusun dan memperkaya lagi, sesuai dengan versinya. Untuk masyarakat, hal itu akan memperbanyak pilihan, menambah pustaka cerita rakyat Kabupaten Kotabaru, penting diwariskan kepada generasi muda dan memperkaya khazanah budaya leluhur kita.
Setiap cerita rakyat berisi pesan-pesan luhur dan ajaran yang dapat dijadikan pedoman kehidupan. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
Pengantar Penerbit
Sekapur Sirih
Daftar Isi
 1. Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
 2. Legenda Kerajaan Pulau Halimun
 3. Riwayat Gunung Jambangan
 4. Mencari Putri Papu Dari Kerajaan Bajau
 5. Naga Partala di Goa Temuluang
 6. Asal Mula Sumur Manggurak di Desa Sigam
 7. Hilangnya Kota Sebelimbingan
 8. Legenda Tanjung Pangga dan Tanjung Dewa
 9. Koyaknya Halimun Pulau Laut
Tentang Penyusun
M. Sulaiman Najam dilahirkan di Pulau Lontar, Kecamatan Pulau Laut Barat, Kabupaten Kotabaru, 1 Agustus 1935. Mantan guru Sekolah Rakyat dan Penilik Kebudayaan ini pensiun sebagai Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat di Kandepdikbud Kabupaten Kotabaru (1991). Setelah itu, sempat dua periode menjadi anggota DPRD Kabupaten Kotabaru (1992-1997 dan 1997-1999). Berkesenian sejak 1960-an dengan bermain musik, menulis puisi, cerpen, menulis naskah dan sutradara drama dan menjadi pengurus sejumlah organisasi kesenian. Anggota Orkes Keroncong Tunas Mekar Kotabaru (1954-1955), penasihat BKKNI Kotabaru (1980-an), MPS DKD Kotabaru (1995-1998, 1998-2004) dan pembina KSI Kotabaru (2006-sekarang). Menerima Penghargaan Seni Bupati Kotabaru (1999 dan 2004) dan Abdi Wisata dan Budaya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotabaru (2006).
M. Syukri Munas adalah pencipta lagu daerah Banjar yang terkenal, Halin. Dilahirkan di Kabupaten Kotabaru, 4 Juni 1949. Sejak anak-anak menekuni seni musik, menyanyi dan mencipta lagu, memainkan akordeon dan biola. Ia juga menulis puisi, berdeklamasi, menari dan main teater. Pimpinan Orkes Melayu Rindang Sebatung (1964), pengurus Lesbumi Kotabaru (1965), Sanggar Rima Sarfira (1977), BKKNI Kotabaru (1980) dan DKD Kotabaru (1995-sekarang). Menerima Penghargaan Seni Bupati Kotabaru (1997), Penghargaan Seni Kanwil Depdikbud Kalsel (2000) dan Hadiah Seni Gubernur Kalsel (2005). Sering diminta sebagai juri berbagai lomba kesenian di Kabupaten Kotabaru dan di provinsi Kalimantan Selatan.
Eko Suryadi WS dilahirkan di Kabupaten Kotabaru, 12 April 1959. Menulis puisi dan esai sastra sejak di sekolah lanjutan, dipublikasikan di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Terbit, Pelita, Sinar Harapan dan lain-lain. Puisinya dimuat dalam antologi tunggal maupun bersama, antara lain Sebelum Tidur Berangkat (1982), Dahaga B.Post ’81 (1982), Tamu Malam (1992), Wasi (1999), Kasidah Kota (2000), Jembatan Tiga Kota (2000), Reportase (2004), Di Batas Laut (2005) dan Seribu Sungai Paris Barantai (2006), semuanya terbit di Kotabaru, Banjarmasin dan Yogyakarta. Aktif di organisasi kesenian, kemasyarakatan dan pemuda, di antaranya ketua Sanggar Bamega ’88, ketua Himpunan Sastrawan Indonesia (HIMSI) Kabupaten Kotabaru (1985), ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kotabaru dua periode (1995-1998 dan 1998-2004) dan ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kotabaru (2006-sekarang). Sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Kotabaru (1997-1999). Menerima Hadiah Seni Gubernur Kalsel (2006).
***
Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari, oleh, hidup dan berkembang, di masyarakat. Ada dua jenis cerita rakyat: berbentuk puisi dan prosa. Cerita rakyat berbentuk prosa terdiri dari mitos, dongeng dan legenda.
Buku ini memuat sembilan cerita rakyat dari Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Disajikan dalam bahasa sederhana, karena memang untuk bacaan anak-anak, remaja, guru dan orangtua.
Kotabaru adalah kabupaten yang memiliki wilayah terluas di provinsi Kalimantan Selatan, terdiri dari 109 pulau besar-kecil (79 pulau belum berpenghuni). Kalau ditarik garis melintang, posisinya persis berada di tengah wilayah Nusantara. Dihuni beragam suku bangsa, dengan sendirinya banyak cerita rakyat, mitos, dongeng dan legenda yang hidup di masyarakat.
Melalui buku ini, diharapkan warga negara Indonesia lainnya, sekurangnya di Kalimantan Selatan, mengenal dan mengetahui cerita rakyat dari Kabupaten Kotabaru; kabupaten yang dikenal dengan julukan “Gunung Bamega” dalam lagu daerah Banjar tersohor, Paris Barantai.
***

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.