Cintaku Jatuh di Kashmir

Let me tell you a story,
.
.
Pertama sekali mendengar si “mbak” ini ketika aku dan Auda sedang mengikuti seminar umroh backpacker di Banjarmasin yang diadakan master Mbak Elly Lubis, kalau tidak salah itu ditahun 2016, setelah itu, kita berteman di medsos saja, jarang menyapa satu sama lain, secara aku takut nyapa duluan, ngeri!
Di pertengahan tahun 2018 tetiba ada bedol tiket ke India, aku sama Auda sudah eksekusi tiket duluan, eh malamnya, wanita ini japri di WA bahwa dia pengen juga ikut backpackeran ke India, aku kaget dong, kenal gak apa gak, eh mau gabung, siapa eloohh?? *uget-uget
Singkat cerita bergabunglah kami dalam sebuah grup backpacker dengan tujuan sama namun tanggal ada yang berbeda. Overall dalam rent car, room, and another thing in the way has been on her controlled, doi banyak punya link di India, etapi link apa cem-ceman sih, au ah! haha
Hitung-menghitung semakin hari budget yang dianggarkan oleh group ini semakin tak mampu aku capai, akhirnya timbullah keputusan untuk jalan sendiri, *gaya akutuh..
Saat hari H, ketemuanlah kita di Syamsudin Noor Airport, doi jalannya kek pakai roller skates, banter bett dah nyamperin kita dengan membawa kabar bahwa tiket kita tetiba lenyap di system! Bam!! rasanya kek ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya, eh!
Oiya, doi bareng adeknya yang ndak ada mirip-miripnya ama doi.. adeknya ini lebih tepatnya jadi kembaran aku, because we are like standing in a mirror haha.. badan gede, nyali gede, rasis bett ogut anjir, dan yang bikin aku heran adalah keakraban keduanya, mereka itu gak kaya saudara pada umumnya (yang aku tahu), akrab banget gila ogut sampai terpana ngelihatnya, ngalah-ngalahin sahabat, mereka seperti upik dan abu.. eh salah.. botol dan tutupnya, ibu dan anak, serasi. Iri akutuh. Coba aku ama kakakku, udah perang dunia ketiga mah.


Oke lanjut lagi,
Akhirnya tibalah di Soetta.. Alhamdulillah dengan kekuatan Sailormoon permasalahan tiket kelar, cuss lah kita kan ke Delhi..
Seperti yang udah aku ceritain di caption sebelumnya bahwa sampai di Delhi yang awalnya aku misah jalan, ternyata gak sesuai ama ekspektasi aku.
Begerilyalah aku kan nyari tiket kereta buat susulin mereka ke Agra, Alhamdulillah.. nyampe.. jadilah kita ber-6 jalan bareng, rent car temennya mbak ini namanya si Nadim dengan sopir yang super sewot mulu ama ogut karena ogut sering lupa pasang seatbelt, maklumlah kan, di kampung ogut jarang kali naik mobil, jalanlah kita membelah daratan India with Amita Bachan KW superr, ~tsaah
Namanya di jalan tentu banyak permasalahan yang timbul, diantaranya mesin ATM yang tetiba ngambek gak mau keluarin uang, perbedaan pendapat, gebetan, eh! pandangan maksudnya sering terjadi, mungkin karena factor experience mereka yang luar biasa banyaknya mereka bisa meredam perselisihan yang terjadi di jalan. Aku dan Auda banyak belajar cara menyelesaikan masalah. Akhirnya kita bisa lebih enjoy mengenal karakter satu sama lain.
Di setiap perjalanan kita singgah di beberapa rumah makan yang menurut versi aku ini terlalu mewah, tapi tidak dengan wanita satu ini + adeknya tentu, ndak pernah tu aku lihat dia worry tentang harga yang tertera, atau pajak dan service membabi buta yang dikenakan restoran, teteup mah mereka pesennya banyak, sampai aku geleng-geleng lihat mereka karena kek ndak ada beban yang menggores dahinya, beda kali dengan traveler rakyat jelata macam aku dan Auda, segala sesuatunya harus benar-benar di hitung, haha dan apapun yang mereka pesan itu bisa dipastikan ludes. Mereka gila dengan makanan berbau masala(h). Mungkin ini yang dinamakan dengan menikmati hidup.

Tibalah saatnya kita terbang ke Srinagar, Kashmir. Kami bertemu lagi dengan musafir lainnya di airport, Esron dan Ichsan, totally kami berdelapan. Terbanglah burung besi yang berlogo merah ini ke negeri yang konon bak syurga.
Landing dengan mulus kami disambut oleh Papa (aku lupa namanya) tak lupa ia membawakan jasmine segar dan memberikannya kepada kami satu per satu, setelah itu kami langsung diajak city tour melihat taman-taman bersejarah di Kashmir, selama ini pula mulut kami menganga menghadap kaca mobil melihat kreasi Tuhan dalam bentuk Adam yang begitu tampan, masya allah..
adzan magrib tiba kami diantar ke houseboat, rumah di atas perahu yang begitu famous di Kashmir.
Hari Kedua kita main di Sonamarg, disini ndak banyak yang dilihat selain hamparan pegunungan, Kak Nida, adiknya, dan seorang wanita petakilan (anggap saja Mawar, mungkin nanti dia akan masuk dalam tulisanku selanjutnya) mereka memutuskan naik kuda, sedang kami berlima ngopi cantik di salah satu Hotel (restoran) disana.
Hari ketiga kita memacu adrenalin di Pahalgarm, naik kuda menyusuri sungai dan lembah, pengalaman tentangku sudah ku ceritakan sedikit di postingan sebelumnya.
Hari ke-empat mainlah kita di Gulmarg, sempat nyasar bentar karena Kak Nida susah nyari jaringan, doi ketemuan ama temennya, kalau ndak salah ingat namanya Billa. Uma uma.. tenganga aku lihat orangnya masya allah.. machonyaa masuk sekali dalam kriteria lelaki yang aku kagumi.. wkwkwk
Aku mengatakan kekagumanku kepada Kak Nida bahwa temannya ini tampan, Wanita yang masih misteri bagiku ini tetiba berubah wujudnya menjadi srigala berbulu domba, *errrrrr (auto saingan)
Aku pandang langit biru terang, sesekali awan bertubrukan dengan awan-awan yang lain, Billa membawa seorang teman, Javid namanya, dia menjadi bulan-bulanan kami karena jika menyentuh Billa maka seringai Kak Nida tak mampu kami memandangnya.
Kau tahu bagaimana wajah wanita yang sedang jatuh cinta? Keras wajahnya seolah menjadi lembut seperti gulab jamun, lakunya manis sekali seperti jalebbi, tawanya renyah sekali seperti pani puri, heuheu..
Ku pandang lagi pegunungan yang gagah membingkai tempat kami bermain, Tatap mata penuh harap namun terlalu cemas untuk diungkap, seandainya bukan karena cinta, Himalaya ini takkan pernah menjadi indah, gunung ini akan mati, membeku.


To be continued..

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.