Bermula obrolan kosong
antara saya dan teman saya Auda yang selalu ngiri melihat di beranda facebook
para traveler dari berbagai penjuru dunia. Mereka seperti burung yang
berterbangan dari benua satu ke benua lainnya. Obrolan ini meningkat jadi
sebuah keinginan, harapan, impian, target, dan akhirnya jadi obsesi yang begitu
membabi buta (gak sadar diri). Ya, akhir bulan agustus 2016 kita deklarasikan (lebay) keinginan kita buat umroh. Dengan sikon seperti itu sepertinya sangat cocok untuk menumpahkan segala keluh kesah ke Allah lewat umroh. (padahal setiap hari juga bisa dengan sholat, mau nangis guling-guling juga gak ada yang tau. yee kann.. alesan). Noted,
kondisi saat itu 18 hari pasca suami saya meninggal. Jadilah status saya james (janda gemes) dan japry (janda cryspi) gorengan kali krispi, dan saya belum punya anak. (promosi mana tau ada yang nyari janda soleh kayak gue, uhuk!)
Oke, mulailah pencarian
kita mengenai umroh backpacker. Auda dapat facebook pak Mustafa Musjeng Kamal
https://www.facebook.com/musjeng.kamal?fref=ts dari postingan beliau ini kita
banyak belajar mengenai seluk beluk umroh, kita kepoin setiap postingan,
comment, dan kita add semua teman-teman beliau yang interest soal umroh. Kita
tunggu dan tunggu harga umroh backpacker yang ditawarkan pada saat itu masih
berkisar di 18-20jtaan, rata-rata harganya segitu. Sedangkan budget saya gak nyampai
segitu, Auda mah cukup syekaleeee berlebih-lebih (mungkin bisa buat beli rumah, rumah kucing
tapi :P Dalam hati saya (jadi gembel gue nih pulang umroh kalau maksain bisa
berangkat tahun ini).
Kita target desember
2016 harus berangkat. Akhirnya kita pasrah setelah beberapa hari menyelam ke
berbagai akun facebook yang membahas tentang umroh backpacker dan nggak dapat
harga yang sesuai dengan kantong kita, di tengah kepasrahan itu Auda melihat
postingan Pak Syarif Thoyib https://www.facebook.com/abiraihan?fref=ts paket
umrohnya di bulan Maret 2017 masuk dalam budget kita. Akhirnya kita mundurin jadwal, Auda meyakinkan saya untuk segera DP ke
beliau, saya rada ragu, karena kok bisa semurah itu (penyakit
gue, mahal protes, murah suudzon) dan foto profile beliau lagi nggak
di salah satu tanah suci. (parno
travel tipu-tipu) akhirnya
Auda memutuskan untuk menghubungi beliau via whatapp.
Setelah beberapa hari
meyakinkan diri bahwa travelnya Pak Syarif bener-bener tidak ghoib akhirnya
kita putuskan untuk transfer DP pertama 1 juta. Setelah di transfer whatapp
Auda dan saya nggak di baca ama beliau, parno saya jadi meningkat ke tingkat
kabupaten. Tunggu sejam dua jam tiga jam empat jam, gak dibaca juga, saya
panik, dan saya coba telpon beliau, aktif tapi tidak diangkat. Worry saya
meningkat ke tingkat provinsi. Saat itu sampai jam 21.00 belum ada respon, saya
mulai menyalahkan Auda karena begitu mudahnya percaya dengan orang yang belum
kenal sama sekali. Saat itu saya mulai menyimpan semua foto-foto Pak Syarif dan
mengcapture obrolan whatapp buat dijaai’in bukti ke pihak yang berwajib jika hal paling buruk terjadi (gue
kayak kehilangan duit satu milyar waktu itu, padahal baru DP) Auda hanya diam membaca omelan saya di
whatapp (padahal
gak di read-Auda sudah ngiler-ngorok). Pukul
23.00 handphone saya berbunyi pemberitahuan whatapp, saya buka ternyata dari
Pak Syarif Thoyib,
“Mohon maaf saya tadi
ngantor ketinggalan handphone dan ini baru pulang. Transferannya sudah masuk
bu, besok saya bikinkan kuitansinya.”
Parno saya menguap
seketika. Alhamdulillah!
Hari berikutnya saya
melihat postingan brosur di facebook Mbak Rasta Rahmah
https://www.facebook.com/rasta.rahma.5?fref=ts, mengenai seminar UBePe (umroh
backpacker) yang narasumbernya konon ratunya umroh backpacker di Indonesia Mbak
Butet UBePe https://www.facebook.com/mbakbutet?fref=ts Kita add
facebooknya Alhamdulillah gak lama di accept. Yes, gue temenan ama pawangnya
UBePe (maaf mbak lubis :D) Kalau nge-add sekarang udah gak bisa, jadinya follow doang because beliau sekarang sudah jadi artisnya
umroh (eh gak dink, temennya udah 5000an, overload).
Kami pun segera mempertimbangkan untuk mengikuti seminar UBP di Banjarmasin.
![]() |
Brosur Seminar UBePe |
Kami berangkat ke
Banjarmasin 17 September 2016, pakai
motor, (gue
kudu hemat) sebenarnya bisa
dibilang nekat, karena perjalanan Kotabaru ke Banjarmasin lewat darat itu
kurang lebih 8 jam (yang
dilewatin 70% hutan belantara, perkebunan sawit dan karet) kenekatan kami akhirnya membuat kami
benar-benar berangkat memakai motor, karena pinggang saya nggak pernah betah
naik motor lama-lama (efek
lemak bergelambir) jadilah
Auda yang lebih banyak membonceng saya. Kita banyak berhenti di jalan hanya
sekedar meluruskan pinggang saya yang seperti sudah berumur 50 tahun, (red.
Umur gue gak segitu) seharusnya
8 jam kita jadi 10 jam di jalan, kenapa? Karena :
1. Hujan deras (sederas aku yang merindukanmu) eh bah,
2. Gelap. dan saya yang
harus menyetir sepeda motor karena Auda menjadi srigala saat malam datang. (eh gak ding, matanya minus). Jadilah saya yang membawa motor (masih kenceng ular sawa yang
kenyang saat lari daripada gue yang bawa motor).
3. Kita lama singgah di
warung yang satu-satunya ada di tengah hutan daerah Sebamban dan ketemu sama
bapak-bapak kurus yang
dengan senang hati menceritakan keberhasilannya menikahi beberapa wanita yang
katanya cantik dan terjebak dalam hidupnya yang suram. Eh apa sih! Haha.. memorable
banget saat bapaknya memandang Auda dengan pancaran mata shinchan saat pengen
dipeluk ama cewek seksi dan bapak itu menceritakan kalau dia mau nambah istri lagi dan dia
orangnya nggak neko-neko. (gue
paham, ini orang tua naksir temen gue) nggak
mikir panjang, walaupun hujan masih sangat deras dan jalan sangat gelap, kita
terusin perjalanan yang belum ada separuh jalan. (daripada Auda terhipnotis dengan
ketampanan lelaki paruh baya di warung itu, kan gue yang repot ntar ngejelasin
ama nyokapnya)
Sampai jam 22.00 wita
kita masih belum bisa tembus ke Banjarmasin, dengan kondisi basah kuyup Auda
menghubungi tantenya yang ada di Pelaihari, dan kami menginap disana,
alhamdulillah si tante dan keluarga baik banget, kita dibikinin kopi ama teh
dan dikasih biskuit, besok paginya kami sarapan (dan gue makan kayak orang
kesurupan) semoga Allah
membalas semua kebaikan kalian. Amin.
Kami lanjut perjalanan
ke Banjarmasin pukul 6 pagi kondisi gerimis mengundang. eh! dan
alhamdulillah sampai disana tepat waktu. Nggak lama kami datang (dengan wajah
berminyak seperti putri dugong (gue) dan putri papu (Auda)) acara
dimulai. Perkenalan langsung oleh Mbak Butet dan timnya yang kece-kece dan
langsung ke acara inti.
Kami diajarkan bagaimana
sih caranya mencari suami yang sholeh kaya babang jenggotan di Madinah, (duh! gak gitu) maksud saya biar bisa umroh dengan harga yang sesuai sama budget, cara
menghitung land arrangement (LA), cara mudah untuk menuju
Baitullah, tips-tips diperjalanan, mencari promo tiket, dan kiat-kiat lain. Recommended banget buat kalian yang mau tahu gimana sih seluk beluk umroh backpacker itu, acara Mbak Butet biasanya udah terschedule dengan rapi selama beberapa bulan ke depan #soktau beliau sering seminar ke berbagai kota, follow aja facebooknya, mana tahu beliau ngadain acara di kota kalian. Bagi kalian yang benar-benar merindukan Baitullah, wajib ikut!
Sebenarnya sedikit banyaknya saya sudah tahu #gaya tentang umroh karena saya memang bekerja di bidang itu. Oiya saya bekerja di PT. Halte Tour Mubarok (promosi, lagi) disitu saya diajarin dari tengkurep masalah haji dan umroh sampai bisa berdiri dan berlari sendiri, (kadang sampai kerasukan jin centil) haha, jadi pada saat seminar alhamdulillah bisa komunikatif disana, walau banyak dedengkot yang udah nginjek berpuluh-puluh negara (catet! puluhan cyiinn.. dan gue? boro-boro.. tapi tetep PEDE! iyalah.. James gitu).
Pada saat sesi tanya jawab saya dan Auda rada minder, karena yang di bahas ama peserta dan Mbak Lubis malah tour Europe, (impian gue sejak SMP sejak kena racun film Eiffel I'm in Love, gue jadi baper tidak berkesudahan pengen ke Paris, entah kapan bisa kesana) kita cuma diam dengan anggun menyaksikan keseruan pembahasan mereka.
Terus temen saya dengan yakinnya mengalihkan topik pembahasan mereka dan bertanya,
Sebenarnya sedikit banyaknya saya sudah tahu #gaya tentang umroh karena saya memang bekerja di bidang itu. Oiya saya bekerja di PT. Halte Tour Mubarok (promosi, lagi) disitu saya diajarin dari tengkurep masalah haji dan umroh sampai bisa berdiri dan berlari sendiri, (kadang sampai kerasukan jin centil) haha, jadi pada saat seminar alhamdulillah bisa komunikatif disana, walau banyak dedengkot yang udah nginjek berpuluh-puluh negara (catet! puluhan cyiinn.. dan gue? boro-boro.. tapi tetep PEDE! iyalah.. James gitu).
Pada saat sesi tanya jawab saya dan Auda rada minder, karena yang di bahas ama peserta dan Mbak Lubis malah tour Europe, (impian gue sejak SMP sejak kena racun film Eiffel I'm in Love, gue jadi baper tidak berkesudahan pengen ke Paris, entah kapan bisa kesana) kita cuma diam dengan anggun menyaksikan keseruan pembahasan mereka.
Terus temen saya dengan yakinnya mengalihkan topik pembahasan mereka dan bertanya,
“Mbak Lubis, kami sudah
mendaftar dengan Pak Syarif, temannya embak, insya allah berangkat 6 Maret
nanti, rencana kami pulangnya mau ke Turki sendiri, itu gimana Mbak caranya
menuju Turki kan kami pergi tidak bersama mahrom?” (Auda sebenernya mau curhat cariin
suami, haha) suasana hening,
Mbak Butet bingung, terus dia jawab,
“Maaf, daftarnya sama
siapa?”
“Pak Syarif Thoyib!”
Mbak Butet nanya ke Mbak
Rahma yang pada saat itu jadi MC. Saya tiba-tiba worry. (ini orang ngapa tolah-toleh) . Pada saat itu Mbak Butet seperti
menyembunyikan ketidaktahuannya. Dia tidak fokus dengan subjek, dan saya bisa
membaca gelagat seperti itu. Karena beliau melihat saya yang mulai menyorot (tatapan rentenir nagih hutang) akhirnya Mbak Butet bilang,
travelnya tidak ada menjual paket untuk tanggal itu, dan dia lupa siapa itu Pak
Syarif Thoyib. Dan darah saya kembali berdesirrr ngilu saat mendengar
pernyataan itu.
Pada saat itu Auda kembali meyakinkan saya bahwa harus positif thinking dengan Pak Syarif. Bukan tanpa alasan saya khawatir, alasan pertama, Pak Syarif kurang welcome dalam menjawab pertanyaan kita. Saya ngetik whatapp panjang lebar dan beliau hanya menjawab, iya, tidak, baik. (rasanya gue mau nelan kulit durian) Kedua, postingan paket umroh bulan maret berakhir di bulan November, tidak ada lagi postingan di tanggal yang sama setelah itu. Ketiga, tidak ada info sama sekali mengenai travel apa yang akan membawa kami. Jadilah saya janda yang super duper extra kuadro curigaan.
Pada saat itu Auda kembali meyakinkan saya bahwa harus positif thinking dengan Pak Syarif. Bukan tanpa alasan saya khawatir, alasan pertama, Pak Syarif kurang welcome dalam menjawab pertanyaan kita. Saya ngetik whatapp panjang lebar dan beliau hanya menjawab, iya, tidak, baik. (rasanya gue mau nelan kulit durian) Kedua, postingan paket umroh bulan maret berakhir di bulan November, tidak ada lagi postingan di tanggal yang sama setelah itu. Ketiga, tidak ada info sama sekali mengenai travel apa yang akan membawa kami. Jadilah saya janda yang super duper extra kuadro curigaan.
Seminar selesai.
Foto-foto bareng dan kita dapat buku Umroh Backpacker karya Mbak Butet sendiri.
Kami dapat banyak teman baru dengan hobi yang sama. Kami pun membentuk grup umroh backpacker wilayah Kalimantan Selatan. Paling ingat tuh sama kata-katanya Mbak Butet, "Jarak kita dengan Mekkah tidak akan berubah kecuali kita mulai melangkah." (kebakaran jenggot gue di komporin kayak gitu!)
![]() |
Kiri : Mbak Butet - Kanan : Putri Dugong |
Kami pulang. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan pulang kecuali lelah yang menyebalkan. Hu! Ha!
Waktu bergulir, perlahan saya mulai menjadi detektif kecil-kecilan buat menelusuri siapa sebenarnya Pak Syarif Thoyib ini (padahal tinggal nanya ama orangnya langsung kan bisa yek, guenya aja rempong) nggak lama kita dimasukkan ke dalam grup whatappnya Pak Syarif, dari situ kecurigaan saya satu per satu mulai terpatahkan, karena banyak anggota grup yang mengenal baik beliau dan di
minggu terakhir sebelum keberangkatan kami dimasukkan ke dalam grup Fandiego,
ya travel Fandiego yang bakal memfasilitasi kami umroh.
https://www.facebook.com/FandiegoTravel/ (akhirnya gue bisa tidur tenang setelah berminggu-minggu kepoin beliau)
Dan satu paragraf ini
saya dedikasikan untuk Pak Syarif Thoyib. Maafkan kecurigaan dan sikap saya
yang terlalu berlebihan sama Bapak, karena saya sendiri bergerak di bidang itu
dan banyak pengalaman teman-teman saya yang terkena penipuan oleh travel
abal-abal yang tidak bertanggung jawab. Saya sangat berterima kasih kepada
Bapak atas semua bantuan yang telah diberikan kepada saya (yang begitu bawel) dan seluruh jamaah,
travelnya alhamdulillah sangat memuaskan. Semoga Allah membalas semua amal baik
bapak dengan berlimpah ruah, dan semoga melalui tulisan ini kita semua bisa mengambil manfaat ke depannya ya Pak.. hee..Amin.
Setelah dirasa klop semua hal kita pun mentransfer
pelunasan ternyata kami dapat cashback lagi dari Pak Syarif, karena kami tidak
mengambil perlengkapan seragam dan lain-lain (yang menurut gue ribet kalau harus nambah uang jahit baju seragam #kuduhemat), saya transfer 13 juta dan
dikembalikan 400ribu, jadi total yang kami bayar 12,6 juta. Urusan umroh
selesai. Packingggggg!!!!!!
Untuk persiapan keberangkatan saya tulis di artikel selanjutnya, biar yang baca nggak bosen yah.. salam JAMES!! hihi
#BigBuddy
0 komentar
Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.