Abang.. #8

Aku berdiri di luar rumah dan menatap ke seluruh penjuru langit. Gelap. Seperti hendak menumpahkan beban yang tak tertahankan.

Badai? 
Bukan Bang, hanya gerimis berbobot lumayan yang hampir satu minggu ini membasahi bumi saijaan.

Tapi mengapa sunyi sekali kotamu?

Tolong jangan bertanya tentang kotaku, aku takkan mengkritisi tanah kelahiranku yang semakin hari semakin merobohkan keberanian, melunturkan keyakinan, dan membenamkan optimisme dan mental para generasi mudanya yang telah terjun bebas mungkin ke Negeri Saranjana. Aku tidak akan mengatakan itu padamu Bang. 
Hujan masih mengguyur, angin tidak berencana untuk pergi dan aku masih belum bisa menjawab pertanyaanmu.

Waktu tersendat, tetapi tetap bergerak. Oleh hadirmu di kotaku. Rasanya semua berjalan lambat, tetapi kenyataannya hari tetap berganti.

Malam itu, usai sholat yang panjang, lebih panjang dari biasanya, engkau keluar rumahku. Engkau menyaksikan kaki-kaki angin meliuk-liuk tipis, beranak pinak. 

Aku menunggu. "Perjalanan cinta seperti jalur hujan dinda. Masing-masing titik air itu mengantar mereka kepada pengembaraan-pengembaraan jauh. Menembus ruang dan waktu, tetapi pasti sampai pada ujung jarak yang sanggup mereka tempuh." Abang, kalimatmu begitu asing. Ada kekuatan yang terbangun pada ucapanmu. "Ujung jarak itu membuat air hujan itu, mau tidak mau, harus berhenti. Tidak bisa berjalan lagi. Jika ia memaksakan diri, akan terjadi ketidakseimbangan," Kau terdiam. "Sedangkan hujan tidak sekeras itu." "Jadi, kau anggap cinta sebagai titik untuk berhenti mencintai seseorang yang memang engkau dambakan, Abang?" Kau memalingkan badanmu seutuhnya padaku, mengangkat dagumu dan mengusap-ngusap jenggot tipismu. "Ada yang lebih tinggi dibanding cinta yang engkau pahami, Tri Budiyarni." Aku terdiam. Aku tidak menganggap analogimu sebagai sesuatu yang pas. Namun aku memahami apa yang kau maksud. Itulah mengapa aku memilih untuk tak bersuara. Termasuk ketika kau berpamitan, menuju pintu, membawa hatiku bersamamu dan tiba-tiba kau membanting pintu rumahku, dan aku terbangun dari mimpiku.

Aku kembali menarik napas yang penuh tanda tanya. 

#jandatraveller
#bigbudi

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.