Janda Traveller - The Journey of Medina Begin Part #3

Teras Mesjid Nabawi Madinah
Yang ingin saya ceritakan disini adalah perjalanan ala saya, nggak melulu tentang apa sih tempat menarik tujuan wisatawan di suatu daerah, bagaimana sih cara menuju kesana, berapa sih harga tiketnya bla bla bla, kalau itu sih bisa saja cari di Google atau beli buku tentang backpacking ke negara A atau B. Yah intinya sih Cuma mau berbagi cerita dan pengalaman pribadi. (alesan, padahal emang nggak ada bahu buat sandaran, eh curhat!)

Day 1,
Berangkat 5 Maret 2016 jam 20.00 wita menggunakan mobil (orang) menuju Banjarmasin. Sampai di bandara jam 4.00 wita, padahal take off ke Jakarta jam 9.00 wita (terlalu takut ditinggal pesawat-maklum wong katro) landing pukul 11.00 wib dan kita menunggu rombongan kumpul sampai jam 17.00 wib baru pada ngumpul, pihak travel umroh memberi beberapa arahan kepada kami saat di bandara, kita berangkat sendiri (tanpa leader). 
Saat mau berangkat saya dan teman saya Auda satu-satunya jamaah yang tidak memakai baju seragam umroh. 

Seragam umroh : Kuning
Karena menjadi jamaah umroh yang "nyeleneh" kita akhirnya kena tegur sama Mbak Astry dan Mbak Ayik yang imut-imut. Jam 19.00 wib kita masuk ke ruang tunggu dan take off menggunakan Air Asia jam 20.30 wib, selama di pesawat saya bersanding dengan Mbak.. yang saya lupa namanya, beliau begitu asik diajak ngobrol (awalnya) eh pas mata udah 5watt si mbaknya masih 100watt, ngomong terus sampai saya dan teman saya merasakan mabuk darat pas sudah di airport karena tidak ada istirahat selama di pesawat. Tapi Mbaknya asik kok (asiknya gak liat sikon, haha)  kita dapat 1x makan nasi lemak (sejenis nasi uduk mevvaahh) di pesawat.

Nasi Lemak
landing di KLIA2 pukul 11.30 waktu setempat. Kita transit di Kuala Lumpur selama 5 jam dan take off lagi jam 05.00 am, dapat 2x makan, nasi lemak dan chicken satay (rasanya kayak sate deh)


Chicken Satay
sampai di terminal haji Jeddah jam 9.25 am. Alhamdulillah.. (akhirnya ke-injek juga itu tanah Arab)

Atap di Terminal Haji Jeddah
Day 2,
Saat imigrasi di terminal haji tidak begitu ramai antrian, jamaah pun satu per satu bisa keluar dengan cepat, saya juga melenggang dengan ceria kecuali saat mengambil bagasi dan saat itu saya "di tempelin" ama porter bandara ganteng gara-gara menatap matanya lebih dari 10 detik, (doi kira gue jatuh cinta ama dia) noted. jangan menatap lelaki disini lebih dari 3 detik, (ntar elu dikejar nyampe toilet-pengalaman), dan tiba-tiba ada petugas imigrasi yang berlaku kurang mengenakkan, menanyakan beberapa hal dan mengambil paspor saya lagi, saya masuk lagi ke ruang imigrasi untuk pemeriksaan khusus (ternyata nama gue sama kaya buronan Arab) serr serr deg-degan juga, lengkap sekali penyambutan kedatangan saya, hehe

Tampilan gue saat di Terminal Haji Jeddah (buronan kelas teri)
Bagasi semua jamaah keluar, kami pun menunggu bus jemputan untuk menuju Mesjid Arrahmah atau lebih terkenal dengan Mesjid Terapung (tapi nggak ngapung, he) 
Mesjid Ar-Rahmah (Mesjid Terapung) Jeddah
selanjutnya kami menuju Corniche, semacam pusat perbelanjaan terbesar di Jeddah. Kita belanja. (gue cuma bantu bawain kresek belanjaan orang) 

Buat kalian yang mau umroh tapi ragu nggak bisa bahasa arab atau lainnya, dont worry sebagian besar pedagang di sini lihai berbahasa Indonesia, bahkan untuk transaksi belanja mereka menerima uang rupiah pecahan 100, 50, dan 20 dibawah itu mereka akan memasang wajah Tuan Takur.
Corniche Commercial Centre-Jeddah
Selesai berbelanja kita menuju Madinah, perjalanan menggunakan bus selama kurang lebih 5 jam. Jarak yang ditempuh kurang lebih 400km an.

Saya sangat menikmati perjalanan, yang terlihat secara umum adalah bangunan kotak-kotak dengan warna cream kecoklatan, kata muthowifnya di Arab sering terjadi badai pasir, badai ini membuat warna setiap rumah menjadi rata coklat, oleh karenanya penduduk sana hanya memakai warna cat yang senada  coklat, cream, abu-abu. (pedagang cat nggak laku disini)


Perumahan di Jeddah-Madinah
Pemandangan yang tersaji yang mendominasi adalah bukit-bukit dengan bebatuan cadas. (pengusaha bahan material monggo bawa karung yang banyak, haha)

Gunung-gunung dan perbukitan batu cadas
Kebayang nggak gimana Nabi Muhammad dan para sahabat berjuang menyebarkan ajaran Islam. Menaiki unta bahkan sering berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah dan sebaliknya,  masya allah setiap detik hamba hanya bisa bersyukur padaMu karena ajaran yang dibawa kekasihMu telah sampai kepada kami umat islam. Allahu Akbar.

Saya sempat membuat sebuah puisi selama diperjalanan,

Jika aku tidak bisa menemukan Aku, mau dijadikan apa aku?
Diantara gunung-gunung yang menjulang rata seperti meja persembahan para raja tak kulihat siapa Aku.
Madinah dan Mekkah pun telah ku rayu untuk bisa menemukan Aku.
Jika di Laut Merah dan Bhosphorus tak Kau temui aku, maka aku akan menakdirkan diriku untuk mengelilingi setiap inci bumiMu hingga aku mengenal siapa Aku.
Tak tahukah dahagaku telah nyala rindu padaMu?  

 dan satu lagi puisi,


PadaMu ku serahkan jiwa yang tak tertadah..
PadaMu pula kulimpahkan hatiku yang tak terjamah, dan bukan kepada hal melainkan padaMu jua ku luruhkan semua pikiran dan rasaku yang aku tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa yang menggelora karena kerinduanku padaMu..
Tuhan..
Kau jadikan langit menggantung tanpa tali..
Kau jadikan bumi berputar sebagai injakan hambamu yang papa ini..
Kau jadikan seluruh alam semesta ini tanpa celah, semua yang selama ini ku anggap sebagai cacat pada diri, kekurangan pada makhluk , kenistaan dalam berhubungan, adalah sebagai dosa, ternyata bukan!
Sama sekali bukan kekurangan, apalagi menyalahkanMu sebagai kesalahan Tuhan..
Itu adalah kesempurnaan.

Ya.. kesempurnaan.. yang mampu memanifestasikan air di tengah padang pasir.
Udara seperti api yg meringkus kulit ari, air hanya bisa dperoleh melalui cara menyedikan, terbawa badai gurun disertai hujan yg kemudian terkumpul d oase-oase sepanjang lautan pasir.
Yang seperti itu adalah kesempurnaan, kesempurnaan Akan kuasaMu, kesempurnaan ilmuMu, kesempurnaan ke-esa-anMu, hingga kesempurnaan wujudMu yang meliputi kesempurnaan atas bumi, pepohonan, laut, ikan, langit, bulan, bintang dan segala isinya, tak ada celah, bahkan titik yang lesap itu merupakan kehendakMu..
Ya Rabb..
ampuni jutaan kilo dosa yang tepanggul di pundak hamba..
Ya Allah
Menyatukan diriku kepadaMu bagai sebuah senja yang amat singkat hadirnya, seperti fajar yang menyingsing malam menjadi siang, sangat tak terasa, karena hamba terbebani dosa tanpa doa..

Semua puisi itu hanya ungkapan rindu seorang hamba kepada rabbNya. 

Sampai di hotel jam 9 malam langsung menuju ruang makan, pas pertama kali keluar bus yang dirasakan adalah udara dingin yang langsung merasuk hidung. (first time ngerasain udara dingin, upil gue jadi beku) Kami menginap di Hotel Wassel Dzahab, alhamdullillah deket banget ama Mesjid (kayaknya).

Selesai makan, pembagian kamar hotel. Saya satu kamar dengan Auda dan 2 orang janda-janda (ups) dari Palembang. (tapi beneran mereka juga janda) Bu Nurbayah dan Mbak Sri Lestari. Jadilah kami perkumpulan JOJAKERNEZ (jomblo janda keren tapi ngenez) Mereka menjadi bos tethtering kami selama di Arab. Alhamdulillah mereka sabarnya luar biasa menghadapi kami berdua yang begitu "wild".

Awal masuk kamar begitu rapi, dan 5 menit kemudian kamar kami menjadi kapal yang oleng kapten! haha. Ya, kami membongkar semua barang-barang kami, alhamdulillah bawaan saya aman, hanya saja cover luggage yang saya bawa seperti cakaran cewek yang ngerobekin baju pacarnya saat ke gab selingkuh. ancur!
sedangkan Auda tablet (isinya semua data map dan rute negara selanjutnya) rusak serta go pro Auda lenyap, tak tesisa dengan kondisi koper pecah dan semua gembok hilang.

Sebenarnya ini salah kami, tidak boleh menaruh barang berharga di bagasi. Tapi yang namanya kelupaan ya gimana gitu yaa.. #nggak mau disalahin! Ekspresi Auda saat itu seperti keselek tongsis, dan tongsisnya juga ilang. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. (gue inget gimana pengorbanan dia ngumpulin pundi-pundi receh buat beli itu go pro) Saya speachless! dan sok nenangin (dalam ati gue, berat-berat bawa baju buat OOTD ntar eh kok go pro nya ilang sih..-niat udah melenceng dan cobaan berawal dari sini).

Fokus kami dalam beberapa bulan terakhir memang tidak ke umroh, melainkan planning perjalanan ke negara lain, kami sampai belajar bahasa Turki dan Thailand. Melupakan mana yang hak dan mana yang kewajiban. Kami tertipu oleh silau dunia. (mulai berpuisi lagi)

Ibadah umroh bukanlah sesuatu yang bisa kita anggap mudah, apalagi remeh. Umroh merupakan wisata perjalanan hati, semuanya dari dan untuk hati, karenanya pembekalan secara mental, jiwa, perasaan menurut saya sangat diperlukan sebelum melaksanakan ibadah umroh ini. Umroh bukan hal main-main. CATET NJERO ATIMU DEWE!!

lanjut selesai mandi saya dan Auda langsung berangkat ke Mesjid Nabawi tanpa mau menunggu 2 janda lain, haha. Sempat tebersit dalam benak saya, ih ini ibu 2 lama yak, tinggal aja deh, toh saya juga tahu jalan ke mesjid, kan deket. Sampailah kita ke Mesjid Nabawi. Sholat isya dan mengerjakan ibadah lain seperti mengaji. Setelah itu foto-foto ala Syahrini.

Penampakan kubah hijau, di bawahnya makam Nabi Muhammad SAW
Tampak dari dalam Mesjid Nabawi-itu air zamzam halal diminum sampai kenyang
Ali bin Abi Thalib Gate 29 (berasa jadi Aisyah)
Sampai jam 12.30 dini hari kami baru beranjak dari Mesjid untuk pulang, istirahat ke hotel. Putar kanan, putar kiri, kami tidak menemukan gate pertama yang kami masuki. Semua gate terlihat mirip (emang sama kelesss) Kami coba tawaf lagi memutari Nabawi dan kami tersesat. Kami sudah mencoba bertanya kepada orang-orang sekitar dan petugas kebersihan, tapi tetap saja tidak menemukan gate awal. Penglihatan kami seperti dialihkan. Kami sok tenang. (lutut gue rasanya mau pecah diazab kaya gini)

Kami perlahan beristighfar, menyadari segala hal yang telah terjadi adalah karena keegoisan dan keserakahan diri. (tobat bener dah! ampunnn) Setelah beristirahat kami kembali jalan mencari dan akhirnya memutuskan untuk berani mengambil salah satu gate dengan feeling terkuat. Kami gambling, alhamdulillah, walaupun harus jalan lebih jauh lagi karena kami memutar, setidaknya kami menemukan patokan hotel. Kami sampai hotel pukul 2.45 am. Auda masuk kamar, saya wifi-an (biasa.. update status, mana tau kan ada yang rindu membiru ama gue)

Jam 3.00 alarm hotel berbunyi (rusak) semua penghuni hotel mengira itu adalah peringatan sholat subuh, beberapa tamu hotel berhamburan keluar, (gue nyantai, nyender di sofa karena gue sendiri yang laporin tu alarm bunyi kuencengnya kebangetan) nggak lama Auda turun dengan pakaian lengkap mau sholat. (eitdah gue kudu jalan lagi ke mesjid)  

Adzan subuh berkumandang jam 4.00 dan saya kira langsung sholat subuh, ternyata nggak, itu adzan pertama buat membangunkan orang-orang yang masih tidur. Adzan kedua jam 5.00 am, lama dan capek banget saat itu menunggu karena saya memang tidak ada istirahat sama sekali. Bahkan saya beberapa kali harus memperbaharui wudhu karena tidur terlelap. (nyampe kejengkang nyium kaki orang)

Selesai sholat subuh kita langsung nyerempet-nyerempet orang buat nemuin rombongan kita, alhamdulillah nemu. (nggak mau nyasar lagihh) dan benar saja, keangkuhan membuat kami benar-benar merasakan olahraga malam.  kami memang melewati gate yang terlalu jauh, kami berjalan berputar hampir satu kilo meter dari hotel yang ternyata jarak antara mesjid dan hotel hanya 200 meter.  (harap bersabar, ini ujian! pengen ngiris-ngiris ati gue setipis bawang)

Day 3,
Setelah sarapan, agenda kita seharusnya mengunjungi Roudhoh pending, karena muthowwifahnya lagi berhalangan. Jadilah acara free untuk akhwat (loncat-loncat gue kesenengan karena pengen tidur), untuk ikhwan dilanjut ke roudhoh dan baqi. 

Sampai di kamar ternyata saya dan Auda tidak bisa tidur, kami pun memutuskan untuk tawaf (di pasar).

Pemandangan pagi setelah sholat subuh di Mesjid Nabawi
Kami kembali ke mesjid untuk sholat dhuha, setelah itu baru mlipir ke pasar. (yang niat banget belanja sebenarnya Auda, gue memang nggak punya budget untuk oleh-oleh) Niat mlipir jadinya mlipir, setelah sholat dhuha Auda kehilangan sandal, jadilah dia nyeker selama di pasar, (gue ngakak sejadi-jadinya) Malam hari setelah ke Raudhoh sandal saya yang hilang. (qisas berlaku begitu cepat di tanah haram)


Bazar Depan Mesjid Nabawi Gate 7-12

Bazar Depan Mesjid Nabawi Gate 7-12
Harga barang-barang disini lumayan murah, kita bisa tawar-menawar tapi jangan kelewatan (kayak gue) dan jangan sampai bikin mereka marah, entar kita yang dosa. haha..

Kita belanja sampai dzuhur tiba, Auda belanja seperti orang kesurupan (semua pengen diangkut ke Indonesia) saya sampai agak marah dengan dia, karena bolak-balik, tawar sana tawar sini sepertinya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya. Tapi setelah semua lapak tuntas diinterview satu per satu barulah dia beli di tempat awal. (kan kan.. nyesek dada Hayati, istighfar..istighfar!!) Saya menghibur hati saya dengan cuci mata, melihat begitu masya allah ciptaanNya. (bang.. ikut adek yok ke Indonesia, biar adek yang kerja abang di rumah aja biar gantengnya nggak luntur) siap-siap diabetes liat awowok ganteng selama di Arab. hush!

Ilustrasi calon suami
Malamnya bada isya kita kumpul di lobi hotel untuk menuju Roudhoh. Kita mengantri, masya allah penuh sekali malam itu. Luar biasa semangat umat untuk mendatangi Roudhoh (taman surga) ini.

Kami maju perlahan, disini seperti melihat lautan perempuan. Tidak ada lelaki sama sekali (para lelaki di sisi roudhoh yang berbeda). Perempuan disini dipisah berdasarkan negara, ada area Africa, Asia, Arab dan sebagainya. Wanita Asia paling tertib, saking tertibnya para wanita Arab dan Turki menyerobot antrian kami. (gue ndelongop aja saking polosnya)

Saya bertugas untuk menjadi pagar terdepan jamaah (faktor tampang preman berlebih), dorongan dari berbagai arah luar biasa, jika tidak kuat fisik kemungkinan besar terjadi sesak nafas dan hal-hal lain. Alhamdulillah setelah sampai dekat pagar mimbar nabi kami satu per satu sholat sunnah, jangan berharap bisa sholat dengan khusyu'. Gerakan sholat disini menjadi tidak karuan, bahkan saat saya sujud kepala saya beberapa kali kena injak dan disepak-sepak orang. (efek kebanyakan dosa)

Selesai kita pulang. Kalau tidak salah jam 2 dini hari selesai dari Roudhoh. Sandal saya hilang dan Auda juga hilang yang kedua kalinya. Alhamdulillah.. (sambil gigit mukena) kita nyeker cantik ke hotel.

Day 4,
Selesai sarapan kita city tour kota Madinah dengan mengunjungi Mesjid Quba, disini ramai sekali para jamaah rebutan tempat sholat, kita sholat dhuha dan langsung melanjutkan perjalanan ke Mesjid Qiblatain, Mesjid Khandak, Jabal Uhud, Kebun Kurma, dan balik lagi ke hotel.

Malamnya saya mau mencoba masuk lewat gate lain dan alhamdulillah pas melewati gate 8 yang ada museum asmaul husna open, kita masuk. (greetong) Kita dipandu (ustad dari Indonesia, ganteng masya allah hihi) untuk melihat hubungan asmaul husna dengan ciptaaanNya. Melihat betapa tidak ada apa-apanya kita jika di lihat dari alam semesta.
Museum Asmaul Husna
 "NikmatKu yang mana pula engkau dustakan?"

Setelah selesai memandangin ustad, eh! maksud saya mendengarkan penjelasan ustad mengenai asmaul husna, kita pulang.

Day 5,
M.E.R.D.E.K.A (gue tidur seharian). Padahal ada ziarah, cuma tubuh saya tidak memungkinkan untuk ikut. (alesan puolll). Sorenya ada manasik singkat dari muthowif persiapan besok menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah umroh.

Day 6,
Badan lumayan drop, saya kesiangan bangun untuk sholat subuh (kebiasaan di tanah air) para JOJAKERNEZ sudah tidak ada di kasur (alamat nggak dapat subuh terakhir di Nabawi nih), alhamdulillah saya mantan pemain basket (5 tahun cuma duduk di kursi cadangan) jadi larinya lumayan cepet yah  dan saya masih sempat sholat subuh (di teras mesjid, alhamdulillah). Selesai sholat langsung sarapan sendirian, belum ketemu sama rombongan yang lain.

Sekitar jam 8.00 saya baru bertemu dengan Auda (mukanya merah) ternyata dia dari subuh tadi nyasar lagi. (pengen banget ngakak tapi gue nggak berani ketawa, gue kudu nahan!)  

Sholat dzuhur tiba, muthowif mengumumkan harus kumpul jam 13.00, keluar masjid saya bergegas menuju hotel, namun teralihkan fokus saya pada abang ganteng yang manggil-manggil saya (ternyata manggil istrinya yang kelindung ama badan gue, hu! hah!)

Karena malu saya mengikuti rombongan orang-orang India yang berbaris rapi. Ternyata mereka berbaris untuk mengantri sedekah berupa makanan berupa nasi briyani dan ayam. Entah memang kebiasaan atau bagaimana, orang India disini frekuensi meludahnya sangat sering, sehingga pada saat ngantri menimbulkan bau yang tidak sedap. Tadinya mau saya batalin buat ngantri, tapi karena si abang yang panggil-panggil tadi masih ada dan mubazir adalah temannya setan maka saya harus lanjutkan perjuangan merebutkan a'a ustad dari tangan Auda (eh! apa sih, gagal fokus)

(Nasi Briyani Ayam ora ono rasane blasss!!!) 
Kita check out hotel dan menuju Mekkah sudah menggunakan baju ihrom, kita mengambil miqat di Bir Ali. Dari sini larangan umroh dimulai, yang saya garis besari adalah tidak boleh menikah (iya kali bud ada yang mau nikahin elu!)

Untuk di Mekkah saya akan ceritakan di artikel selanjutnya ya, salam James.. hu! ha!


#BigBuddy 

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.