Abang.. #10


Mendung enggan pergi
Rembulan sayu di ufuk senja
Kapal perlahan mengangkat jangkar
Mulai menentukan tujuan
Mungkinkah kau Abang masih di Marakesh?
Dulu aku mampu menangkap tiap detik cahaya yang ada pada dirimu
Sekarang aku mulai meragu.

Tadi malam ku mimpikan kamu sedang bersanding dengan Tamara di dapur rumahku, kau tampan sekali, lebih tampan daripada saat yang ku lihat di Jabal Tsur. Aku tidak mengenal dengan baik siapa perempuan itu, Ya tuhan.. wanita di dalam mimpiku begitu kenyal tawanya hingga segala masalah yang ada di langit dan di bumi meluruh.

Kau begitu terpesona padanya, tak kau kedipkan. Sekalipun matamu untuk melihat perempuan itu. Kau seakan berlomba dengan waktu untuk tidak melewatkannya semasa pun.

Abang..
Kau memeras baju yang basah dalam ember, sedang Tamara merapikan jemuranmu yang sangat berantakan.

Abang..
Bukankah kau orang yang idealis, yang tak begitu mau mencampuri perkara perempuan, mengapa kau tiba-tiba melanggar aturan yang kau tanamkan dengan kejam dalam dirimu? Apa karena Tamara? Dimana kau menemukan perempuan separuh bidadari macam dia? Tak ada segram pun cemburuku yang muncul saat melihatmu seperti itu.

Aku hanya terduduk di bawah pohon kedondong dan kaktus. Memandangimu dengan curi-curi karena aku begitu takut mengganggu Tamara yang sedang bahagia, ya bahagia di atas penderitaanku Abang.

0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.