Janda Traveller - The Journey of Mecca


Eciyeehh ada yang kangen ama Janller (Janda Traveller) hemhh.. baiklah.. kita lanjutkan untuk perjalanan ke Mekkah.


Day 7,

Setelah mengambil miqat di Bir Ali kita duduk manis di bus mini, kali ini bus nya kecil, nggak kayak biasanya, karena kate muthowifnya ada miss communication ama pihak bus (seat-nya cuiiilikk rek) Saat di perjalanan yang membuat suasana jadi lebih asyik, muthowifnya bikin kuis-kuis tentang sejarah para nabi dan alhamdulillah saya bisa jawab satu (doang) pertanyaan yang menurut saya sulit sekali (efek nggak pernah belajar), dan saya dapat hadiah. Hadiahnya sih biasa, yang ngasih itu yang luar biasa. (eaaakkk!!

Niat umroh sudah, terus kita melafadzkan "labbaik allahumma labbaik, labbaikala syarikalaka labbaik, innal hamda, wanni'mata lakawalmulk laa syarikalak" berulang-ulang, (nyampe yang tersisa tinggal suara gue yang mirip cakra khan, tapi lebih mirip lagi dengan cakra kembar) Perjalanan Madinah-Mekkah memakan waktu 6 jam, seperti biasa, saya jarang tidur kalau di dalam bus, saya habiskan waktu untuk terus membaca talbiyah. #gaya


Pemandangan yang tersaji masih sama seperti Madinah-Mekkah, padang pasir, unta, bukit-bukit batu cadas, dan sesekali kami melihat liukan mungil badai pasir. Kami singgah di terminal yang saya tidak tahu namanya untuk sekedar buang air kecil dan keperluan hajat lain. Saat melanjutkan perjalanan, Allah menyajikan sunset yang masya allah, begitu indah."Allahu akbar.. allahu akbar.. labbaik allahumma labbaik, labbaikala syarikalaka labbaik, innal hamda, wanni'mata lakawalmulk laa syarikalak"








Sekitar pukul 10.30pm kita sampai di Mekkah, alhamdulillah hotel kami (Diyafat Mubarok) walaupun kecil tapi sangat dekat dengan mesjid. Seperti biasa saat tiba di hotel jamaah langsung menuju ruang makan. Karena saya seharian hanya makan nasi briyani yang rasanya nggak jelas (kayak kamu bang), jadilah saya "mbwaadok" sampai kenyang.



Jam 11.00 jamaah kumpul di loby untuk pengarahan umroh lebih lanjut, dan kami digiring perlahan untuk menuju Masjidil Haram. (pengen pingsan bahagia pas liat menara jam yang guedenya masya allah leher gue ampe keplinger dongak mulu, finally i did it #gayamissgrandinternational). Kita perlahan berjalan digiring oleh muthowif untuk melaksanakan sholat magrib dan isya di jama qasar terlebih dahulu, baru melaksanakan umroh. Setelah selesai sholat kita berjalan lebih dalam lagi untuk melihat ka'bah secara langsung. Rada ketar-ketir juga karena cerita dari teman-teman yang "soleh" sudah pernah kesini nggak jarang ada yang nggak bisa lihat ka'bah. (apalagi gue yang berlumuran cinta, eh dosa)

Kita masuk melalui gate King Abdul Aziz, dari sini perlahan saya melihat kerumunan orang memutar dan gemuruh talbiyah serta berbagai doa dari penjuru bahasa dunia terdengar, semua menjadi satu dalam bau dan rasa. Kami mulai menuruni tangga, dan ada beberapa jamaah yang mengagetkan saya karena tiba-tiba menangis. Saya bingung harus ngapain, bacaan doa-doa yang sudah saya hafalkan seperti menguap dari benak, buku doa yang menggantung di leher pun sudah tidak saya hiraukan lagi, saat itu perasaan saya seperti kosong, beban seberat satu karung gula yang selama ini saya tanggung seperti di taruh begitu saja. Sangat ringan. Entah itu apa, ringan dalam berjalan, ringan dalam pikiran, ringan di dalam hati dan juga perasaan. Saya masih diam memandangi kiblat umat muslim di seluruh dunia ini. Perlahan saya berhenti memisahkan diri dari rombongan sebelum memutar tawaf. Saya tarik nafas dalam hingga seluruh tubuh saya merasakan hawa panas di seluruh tubuh, dan saya berucap, "Hamba penuhi panggilanMu ya Robb." seketika air merembes di pelupuk mata.


Disaat seperti itu saya tiba-tiba melihat kehadiran ayah dan ibu berdiri tepat di hadapan saya, mereka berjalan bergandengan tangan berdua sambil tawaf, kaki saya serasa ingin berlari mengejar mereka, namun saya seperti tak mempunyai kuasa untuk menggerakkan kaki. Mereka hanya melambaikan tangan seperti, "Ayo nak, kita jalan" namun saya tidak bergerak 1 senti pun. Tak lama suami saya mendorong tubuh saya untuk maju dan membimbing saya untuk segera melaksanakan tawaf. Ya Rabbi.. tak bisa logikaku mencerna dengan apa yang sedang terjadi, begitu bergelora rasa rindu hingga mereka yang telah pulang ke haribaanMu nampak begitu nyata dalam mataku. Saya berjalan dengan jantung yang berdebar-debar kencang, lengan saya masih erat dipegang oleh suami dan saya menatap wajahnya yang begitu sendu. Tak ada kata yang dapat saya ungkapkan untuk rasa yang saya rasakan saat itu. "Akhirnya kau menemuiku sayang.. setelah 215 hari kepergianmu," dan ia hanya tersenyum. Saya mengusap air mata yang telah membanjiri wajah saya. Seketika itu pula saya sudah berada dalam rombongan saya, saya tidak melihat lagi suami saya. Saya juga tidak tahu sejak kapan saya mendekati rombongan. Saya coba mencari ke kanan dan ke kiri, dan saya di tegur oleh salah satu jamaah, "Mbak, kita sudah mulai tawafnya, jangan nengok kanan-kiri ya, nanti batal." Saya hanya mengangguk.


Kegelisahan rindu yang selama ini saya rasakan semenjak kepergian mereka seperti tertuntaskan begitu saja. Tidak ada lagi kata kecuali syukur yang saya panjatkan kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Terima kasih ya Robb, telah memberikan kesempatan hamba untuk melihat secara langsung Qudrot dan IrodatMu.


Saya meneruskan tawaf hingga 7x putaran, setelah itu kami melanjutkan sa'i ke Shafa dan Marwa. Kami dibagi menjadi 2 grup, untuk orang tua di lantai dasar dan untuk yang muda di lantai 1. Alhamdulillah setelah selesai kami (perempuan) menuju hotel untuk tahalul yang laki-laki di anjurkan tahalul di baber shop yang berhamburan di depan pintu gerbang mesjid. Rangkaian umroh selesai jam 3.00 am dan kami istirahat.

Foto Setelah tawaf pertama ke delete di hape teman

Day 8,

FREE TIME.
Saya, Auda, Mbak Sri, dan Mama Nurbayah memutuskan untuk tawaf hari ini. Alhamdulillah saat selesai melaksanakan tawaf, kita mendekati hijir ismail dan bisa sholat di dalamnya. Sholat disini lebih leluasa daripada sholat saat di Roudhoh. 
Foto setelah tawaf
Day 9,
Agenda kita ziarah ke Jabal Tsur, dimana tempat ini menjadi tempat persembunyian Nabi Muhammad dan Abu Thalib saat kaum quraisy ingin membunuh rasul. Kita dilarang untuk naik ke Jabal Tsur karena medannya terlalu curam untuk dinaiki. Setelah foto-foto kita lanjut perjalanan ke Jabal Rahmah, Padang Arafah, Muzdhalifah (bukan mantan istri Nassar yek), Mina, dan kami diajak untuk melihat menara jamarat, dimana pada musim haji tempat ini menjadi lautan manusia, namun pas kita kesana seperti kota yang ditinggalkan oleh penghuninya. Ziarah berakhir di Mesjid Ji'ronah. Bagi yang mau umroh kedua kalinya, bisa mengambil miqat disini. JOJAKERNEZ memutuskan untuk mengambil umroh kedua.


Jabal Tsur
Jabal Rahmah

Pada saat umroh kedua ini selesai tawaf seperti biasa kami sa'i. Tapi kali ini sa'i di lantai dasar yang masya allah lebih puanjang ternyata. Asyik berlenggang cantik di antara Shafa dan Marwa, ada seorang lelaki tiba-tiba kesakitan sambil memegang daerah yang tidak sengaja terkena kibasan tangan algojo saya, (tangan gue ngejotos kemaluan orang Arab) saya bingung dan berusaha meminta maaf, dia tidak menghiraukan permintaan maaf saya dan tiba-tiba memandang saya tanpa berkedip sedikit pun. Saya pun menepuk tangan saya untuk membuyarkan lamunannya. Saat dia mulai tersadar saya meminta maaf lagi dan meneruskan sa'i. 


Ternyata lelaki Arab ini mulai mengejar saya untuk mengajak berkenalan. (berasa jadi Julia Robert pas dikejar ama Richard Gere di film Pretty Woman) Karena saya masih merasa bersalah saya pun melayaninya. Saya juga memperkenalkan teman-teman saya kepadanya, nama lelaki itu Fahad, dia orang Riyadh (ganteng mampus!). Saat mulai asik ngobrol saya ketinggalan langkah dengan teman-teman saya, saya pun memutuskan untuk mengakhiri obrolan saya dengan Fahad, dan dia berkata, "Aku akan menunggumu disini sampai kamu selesai 7 kali putaran." Menggunakan Bahasa Inggris, karena saya panik (ke-ge-er-an) saya berlari (biar keliatan gitu kalau gue pernah jadi atlit basket) Teman-teman saya ternyata menunggu saya di bukit Shafa (sambil ngedumel) Saya melanjutkan sa'i hingga 7 putaran, dengan harapan tidak bertemu lagi dengan si Fahad. 


Orang Arab itu memang romantis atau memang saya yang emang nggak pernah dapat perhatian yang begitu besar yah? si Fahad ternyata masih menunggu saya di tempat kami berpisah. Dia melambaikan tangannya (pengen gue peluk ini Arab, haha) dan segera menghampiri saya. Sebenarnya saya rada takut karena English saya yang masih kejang-kejang kalau ngomong. 


Seperti di awal saat bertemu, dia menatap mata saya tanpa berkedip sedikit pun, saya pun menanyakannya, 


"What happen on my face sir? Why you starring me like that?" (bodo amat bener apa kagak tu pertanyaan) dan dia menjawab,


"I never meet anywhere before and now i saw your eyes look so amazing, very beautiful, Masya Allah!" (Bener-bener pengen gue kawinin ni arab) sambil mendesah itu Arab ngomong kayak gitu, wkwk


Jujur saya rada cuek waktu itu dan saya coba berjalan untuk menghindarinya. Dia meminta nomor whatapp saya, awalnya saya tidak mau, namun dia sedikit memaksa sambil memegang tangan saya dan memohon agar menerima handphonenya dan memasukkan nomor saya ke handphone tersebut, karena menjadi perhatian orang banyak saat ia memaksa, saya pun mengiyakan apa maunya. (halah emang elu aja budd yang gatell) Teman-teman cekikikan di belakang saya.


Karena nyasar (Mbak Sri dan Mama Nurbayah lupa gate keluar) akhirnya Fahad yang mengantarkan untuk menemukan jalan keluar dari sa'i. Waktu mendekati sholat magrib, dia pula yang mengantarkan kami untuk mencari tempat wudhu dan dia masih tidak berhenti menatap mata saya. (berasa jadi bidadari gue, bidadari ikan kembung)


Tidak cukup sampai disitu ia pun berusaha ingin mengantarkan saya hingga ke hotel, namun saya menolaknya dengan tegas. (gue bilang, nganter itu sampai Indonesia bang, jangan ampe hotel doang, haha, nggak lah! gue malu ama jamaah lain)


dan Fahad bilang "Aku akan berada disini (mekkah) selama 4 hari ke depan, selama itu pula aku akan menunggumu disini, dan aku akan menghubungi melalui whatapp, aku sangat berharap kamu mau menemuiku disini." (modyaaarr.. nggak bisa tidur semaleman habis ketemu ama tu laki, haha)


Selesai sampai disitu, kisah romantis ini (ngarep) tetap berlanjut dan sampai detik ini saya masih sering telpon dan video call via whatapp (ciyeehhh..pengen banget di klepek-klepekin abang bhakk).


Day 10,

Today be a last day. Ini hari terakhir di Mekkah, karena besok pagi bada subuh kita check out hotel. Agenda hari ini ke kebun kurma, kita (baca Saya dan Auda) hanya tawaf di setiap toko yang bilang "halal..halal.." kita makan kurma dan jajanan khas Arab lain dari yang paling mahal dan paling murah pokoknya sampai kenyang. (jamaah kere) Saat menuju bus hanya kami yang tidak membawa tentengan untuk dibawa pulang. (kami setronggg, udah biasa masang muka kere) Lanjut ke Peternakan unta, disini kita beli susu unta fresh, baru diperas, just for information, susu unta nggak bisa bertahan lebih dari 12 jam kalau di luar kulkas, kalau di dalam kulkas bisa maksimal 3 hari, dan si Mama Nurbayah beli kencing unta, katanya buat kesehatan. (gue menyingkir perlahan dari tempat duduknya)














Susu Unta 3 real/botol

Setelah itu kita ngambil miqat di Hudaibiyah. Setelah niat umroh kita jalan lagi, saat di dalam bus, muthowifnya menjelaskan sejarah perjanjian Hudaibiyah. Rencana kami mengunjungi 2 museum disana yaitu museum Kiswah (kelambu ka'bah) dan museum Masjidil Haram. Namun karena tiba-tiba ada peraturan baru yang mengharuskan tour leader membawa surat izin masuk dari muasasah jadilah kami tidak jadi masuk ke dalam, karena sebelumnya tidak pernah diperlakukan aturan seperti itu dan ustad pembimbing kami tidak membawa surat yang di maksud.


Saat bus jalan lagi tiba-tiba "cyiiiitttttt!!!!!" bus berhenti mendadak, ustad pembimbing kami yang berdiri di tengah gang kursi terpelanting hingga ke kaca bus depan. Saya kejedot besi jendela, lumayan keras, jamaah lain juga pada terantup kursi di depannya tapi alhamdulillah tidak ada yang terluka. Di hari terakhir ini kami mendapatkan supir bus yang agak tempramen (lama nggak dapat jatah kali yek-jatah makan), menyupir "saenak'e udell'e dewek", sempat beberapa kali nyerempet mobil orang, belok sembarangan, duh kueenncuurrr tenan bikin istighfar yang banyak pokoknya.


Sampai di hotel istirahat, saya dan Mbak Sri ngambil umroh ketiga, hanya berdua. 


Dihari terakhir kita jadi lebih mengenal satu sama lain, lebih dalam soal kehidupan pribadi. Begitu hebatnya Mbak Sri yang mampu bertahan di tengah guncangan dahsyat biduk rumah tangganya, maafkan saya Mbak yang kadang menyampaikan sesuatu terlihat begitu keras (kebiasaan di kader ala-ala militer), niat saya cuma ingin berbagi dan memberi suntikan semangat baru biar mbak cepat move on.. (gue sendiri nggak bisa ngelakuin tapi kalau jadi beliau) semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kehidupannya Mbak Sri ya..


Untuk Mama Nurbaya juga yang begitu setia semenjak sang suami pulang menghadap Allah, beliau tidak pernah sekalipun ada niatan untuk menikah lagi (beda banget yak ama gue, matanya jelalatan), fokus beliau hanyalah mengurus anak-anaknya dengan baik dan hingga sekarang terbukti anak beliau telah sukses.


Ada lagi teman akrab kami selama disana itu Mbak Rahmi, beliau sangat humble, pengalaman beliau ternyata luar biasa, bagaimana harus bertahan hidup selama 1 tahun di Jerman dan pengalaman hidup lainnya, ibu beliau, yang masya allah begitu lincah (ampe ngilang di Roudhoh-dan ngilang pas umroh kedua Mbak Rahmi mewek dikira ibunya kenapa napa  ee ternyata beliau duluan ke hotel, keburu laper katanya, duh ini ibu pengen gue gigit aja, haha) dan banyak sekali pengalaman yang saya rasakan selama umroh.


Day 11,

Jam 4.00 am kita sudah kumpul di lobby hotel dan bersiap menuju Jeddah. Sampai di Jeddah jam 7.00 am dan jamaah langsung check-in untuk penerbangan jam 10.00 am via Air Asia. Saya? mangap-mangap nggak jelas nunggu keputusan abang, milih saya atau Auda. #eh bah

Saya dan Auda menunggu tim handling (only mas Ali) selesai check-in kan jamaah, setelah itu kita disuruh ngikutin Mas Ali masuk mobil kapasitas 4 orang normal dan di dalam mobil itu sudah ada permaisuri Mas Ali yang duduk di depan (samping Mas Ali) dan 2 orang power ranger, eh ponakannya Mas Ali maksud saya. (yang gedenya sama kayak gue, mati gue! mati gue!)Saya aman, beruntung punya bokong besar, Auda? jadi terong, penyettt! 


Kita diajakin keliling kota Jeddah, belanja lagi di corniche dan kita muter-muter nggak jelas seharian, maklum lah yah harga bensin disana lebih murah daripada air mineral, info terakhir dari supir bus 20 real bisa untuk 45 liter PERTAMAX catet! pertamax bukan yang premium. (andai Kotabaru-Arab dekat, pengen ngelangsir gue)


Mas Ali dan keluarga, terima kasih banyak atas bantuannya, atas sharing ilmunya, atas tuduhan yang tidak mengenakkannya juga. (doi maksa kita ngaku kalau kita ke Turki mau ikut al-baghdadi, duh ni eMas, mau gue kerok aja)


Setelah bosan jalan-jalan akhirnya kami berdua dibuang ke Bandara International Jeddah, kita di check-in kan karena kita bepergian tanpa mahrom itu jadi sesuatu yang tabu kalau di Arab. Setelah semua barang masuk bagasi kami pun pamit dengan beliau, kita sempat galau mau ngasih apa ke beliau, mau ngasih uang pun jika hanya 20 atau 30 real sepertinya terlalu kurang ajar, tapi kalau lebih dari itu kami yang keblinger. #pelit-mode-on


Sambil menunggu Turkish air landing kita makan siomay ala Jeddah ditraktir sama Mas Ali, enak alhamdulillah, berasa kayak siomay lah. (noted. ini makanan terenak terakhir yang gue makan sebelum penderitaan dimulai.


Bersama kalian, melintasi gurun bersama orang baru yang tidak saya kenal sebelumnya, berada di benua berbeda dan jauh dari keluarga dan sanak saudara, beradaptasi dengan bahasa dan gaya hidup yang berbeda dari biasanya, memandang segala sesuatu dari sudut pandang berbeda dan menerima perbedaan budaya serta adat istiadat menjadikan saya individu yang lebih baik dari sebelumnya.


Perjalanan ini tidak melulu mengunjungi tempat baru dan bersenang-senang tanpa mengambil manfaat dari berpergian itu sendiri, terlebih lagi umroh. Melihat keindahan dunia dari sisi yang berbeda akan menambah rasa syukur yang begitu luar biasa dan saya menjadikannya sebagai momen untuk menjadi lebih mengenal diri sendiri dan lebih dekat dengan Sang Pencipta.


Next take off ke Istanbul di artikel selanjutnya ya, salam Janller!! hu! ha!






#BigBuddy









0 komentar

Segala sesuatu yang terjadi adalah buah dari keyakinanmu.